Soloposcom, KARANGANYAR — Gunung Lawu telah menjadi pusat pemujaan sejam zaman megalitikum terbukti dari temuan punden berundak di puncaknya yang terus berlanjut hingga ke zaman kerajaan lewat keberadaan prasasti batu berangka tahun 1360 Saka atau 1438 Masehi dan relief cokrosurya.. Di puncak Gunung Lawu, yakni di Hargo Dumilah, Hargo Dalem, dan Pasar Dieng, terdapat sepuluh bangunan punden

Oh ya, pada hiking kali ini agak rame sih. Karena Adi ngajak temennya, yaitu ada bang Randy, bang Yudhi, Dila dll. Seperti biasa Agil nggak lupa untuk join juga. Bermula dari grup whatsapp untuk membuat rencana agar perjalanan lancar dan perkiraan dana juga sesuai. Untuk menuju ke Gunung Lawu, dari Jakarta kita menggunakan kereta dengan tujuan ke Purwosari Solo dengan menempuh perjalanan selama 8 jam. Selama perjalanan kita habiskan dengan ngobrol, bercanda dan juga main uno. Setibanya di Purwosari, kita makan malam dulu sambil menunggu di jemput bis untuk menuju ke basecamp. Perjalanan dari Purwosari ke basecamp memakan waktu kurang lebih 2-3 jam dengan jalan yang lumayan berkelok. Kita tiba di basecamp hampir jam 1 pagi. Setelah beres-beres, kita semua bergegas beristirahat dan tidur karena esok harus mempersiapkan tenaga. Mana ya dingin banget itu basecamp. Pastikan membawa pakaian yang nyaman yas. Gue langsung bergegas membersihkan wajah dan bersiap untuk besok pagi. gue langsung tidur biar tetap fit karena waktu udah semakin larut. Akhirnya gue harus mengeluarkan sleeping bag karena dinginnya nggak tahan bangeeet. Setelah semuanya usai sarapan dan juga menyiapkan segala persiapan yang dibutuhkan, seperti mandi sebelum melakukan pendakian, sarapan dan juga melakukan pemanasan. Fyi jalur candi cetho ini adalah jalur terladai dibandingkan jalur lainnya, tapi lebih panjang juga! Kurang lebih pendakian ini gue dan yang lain memakan waktu sampai 10 jam, lama banget tapi ya seru dan berasa hahaha. Setelah berdoa, kita langsung memulai pendakian. First stop adalah posko pendakian puncak lawu jalur candi cetho. Kita mengisi data dan meninggalkan ktp di posko yang nanti diambil kembali saat turun. Bang Randhi sebagai penanggung jawab yang meninggalkan ktpnya. Kita juga diberikan arahan-arahan dan larangan apa selama mendaki, seperti tidak membakar apapun karena kebetulan saat gue mendaki sedang musim kemarau sehingga rentan kebakaran. Mulailah pendakian ini! Kita melewati Candi Kethek, Kethek artinya Monyet. Dan gue kurang tau kelanjutannya karena tidak mampir dan hanya lewat saja. Kita terus berjalan santai hingga berenti di sumber mata air terakhir sebelum pos Kita istirahat sejenak dan isi botol masing-masing sebelum lanjut mendaki lagi. Airnya seger dan dingin banget yaiyalah ya!. Antri Mengisi Air di Botol Setelah istirahat dan mengisi minum, lanjut lagi menuju ke pos 3. Kalau nggak salah, gue, Amel dan Febri tidur saat menuju pos 3 ini deh dan ditungguin oleh Agil haha. Mungkin karena emang ngantuk banget sih asli. Dan sesampainya di pos 3 gue juga tidur lagi, asli ahahaha. Pendakian jalur cetho ini asik-asik aja sih, cuma karena lagi musim kemarau ini debunya parah banget! Apalagi kalau ada yang turun kita musti minggir dulu kalau enggak bisa kelilipan dan sebagainya, maka itu kalau mendaki saat musim kemarau mesti siap masker banget dan jangan pakai baju terang. Perjalanan terasa panjaaaang banget dan lama hahaha. Emang bener-bener capek asli! Bahkan, dari sabana menuju ke pos 5 tempat kita camp, aja berasa lama dan jauh padahal nggak seberapa hahaha. Mungkin karena emang udah capek banget mendaki selama 10 jam. Trus mikir, 10 jam aja begini, gimana yang lain ya?? Haha. Tapi kita bener-bener menikmati aja mendaki sambil ngegibah *ups. Berkisar jam setengah 7 malam kita sampai, yang laki menyiapkan tenda dan yang perempuan bergegas masak dan segala macam. Baru kali ini cuy, segala snack habis di jalan karena lapar! Hahaha. Sesampainya di camp, emang paling enak masak mie. Gue nggak banyak take foto karena males aja, jadi dapet dari yang lain fotonya xoxo. Menuju Puncak Hargo Dumilah 3265 MDPL Janjian sih mau mulai muncak jam 3, tapi kalau nggak salah akhirnya kita mulai mendaki jam 4. Karena nggak bawa carrier jadinya lebih enteng. Dan seperti yang kalian tau lah ya kalau Lawu terkenal mistis terlebih lagi pasar dieng! Sepanjang jalan gue merinding aja gitu, mungkin suges aja kali ya haha. Para Pejuang Submit! minus Agil Seneng banget ngeliat sunrise rasanya. Cantik banget!!!! Emang naik gunung ini banyak banget bonusnya, itulah kenapa gue pengen banget setidaknya setahun sekali mendaki. Ternyata di Gunung Lawu gue menemukan lumayan banyak daisy, rasanya seneng banget uwu. Nah kalau mendaki gunung lawu dan belum mampir ke warung mbok Yem rasanya belum afdol! Kita mampir dulu sekaligus sarapan. Harga makanannya masih terjangkau. Terlebih yang ada dipikiran gue saat belanja dan harus naik ke atasnya, asli peer banget sih. Gue memesan nasi pecel dan segelas teh hangat, beuh rasanya nikmat tenannnn. Baca Juga Hiking ke Merbabu dari Jakarta Makan bwang! Setelah sarapan dan beristirahat sebentar, kita lanjut lagi menuju puncak kayak lagu. Perjalanan menuju puncak lumayan juga mendaki, debunya tetap banyak. Kurang lebih sesampainya di Puncak itu jam 7 pagi. Seneng banget rasanya, karena ini pertama kalinya gue muncak dari tengah pagi gitu ahaha, jadi berasa terbayar aja perjuangannya. Mt Lawu 3265 MDPL! Setelah menikmati puncak, istirahat dan berfoto. Kita segera bergegas untuk packing dan turun. Karena takut kalau kita bakal kemalaman. Pemandangan hamparan sabana yang luas dan juga cantik bener-bener bikin puas mata banget! Ditambah langit biru, jadi makin perfect. Di pasar Dieng banyak banget batu bertumpuk gini btw. Jadi inget drakor tau gak sih! Haha Jam 12 siang kita start untuk turun kembali menuju ke Basecamp. Sebelum turun, kita menghabiskan logistik untuk makan siang dan bekal. Karena snack juga udah habis semuanya, takut diperjalanan juga lapar jadi lebih baik persiapan. Full Team Untungnya untuk turun kita hanya memakan setengah waktu dari naik yaitu 5 jam, tapi berasa banget karena turunannya yang lumayan menyebabkan kaki jadi kotor, sakit dan macem-macem lah pokoknya. Selama turun, bisa dihitung banget pendaki yang naik nggak banyak. Mungkin karena hari Senin jadinya orang-orang sudah pada turun kemarin. Total Biaya Pendakian di Gunung Lawu Biaya yang dihabiskan selama pendakian dari Jakarta kurang lebih menghabiskan biaya Untuk detail lengkapnya gue kasih rinciannya berikut Dan juga yang mau tau itinerary perjalanan juga bisa dilihat berikut Nah itulah kurang lebih cerita hingga rincian pendakian kali ini. Sampai jumpa di cerita lainnya, semoga bermanfaat!

05.00: Tiba di Hargo Dumilah, Puncak Gunung Lawu - 07.00: Turun kembali ke Gupak Menjangan - 08.00: Tiba di Sabana 1. Makan dan repacking - 10.00: Turun menuju Basecamp - 16.00: Tiba di Basecamp. Istirahat dan bersih-bersih - 18.00: Perjalanan menuju Solojebres - 24.00: Perjalanan menuju Jakarta. Day 4 - 09.45: Tiba di Jakarta dan trip selesai

– Gunung Lawu di Jawa Tengah cukup digemari para pendaki dari berbagai daerah. Transportasi ke Gunung Lawu dari Jakarta pun tak terlalu sulit dijangkau. Jalur pendakian yang jelas dan tidak terlalu memakan waktu juga merupakan daya tarik bagi para pendaki. Ada tiga jalur populer menuju puncak Gunung Lawu yang biasa dilalui para pendaki. Ketiga jalur itu adalah Cemara Kandang dan Candi Cetho yang ada di Kabupaten Karanganyar, serta Jalur Cemoro Sewu di Kabupaten Magetan. Dari ketiga jalur pendakian tersebut, Cemoro Sewu menjadi jalur yang paling banyak dilalui para pendaki Gunung Lawu. Gunung Lawu W PRASETYA Hal itu karena jarak tempuh menuju ke puncak yang lebih singkat daripada dua jalur lainnya. Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu berada di pinggir jalan tembus Karanganyar-Magetan. Lokasinya tidak begitu jauh dari Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang. Transportasi ke Basecamp Cemoro Sewu dari Jakarta... Seputar Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Kebanyakan pendaki menuju Basecamp Cemoro Sewu dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil. Tentunya hal itu hanya bisa dilakukan mereka yang berdomisili di sekitar Gunung Lawu, misal Kota Solo atau Magetan. Namun bagi mereka yang tempat tinggal atau domisilinya jauh, seperti Jakarta, kemungkinan besar penggunaan kendaraan pribadi kurang populer. • 5 Tips Mencegah Hipotermia saat Mendaki Gunung • 3 Jalur Pendakian Gunung Lawu, Lanskap Sabana Terlihat Saat Mendaki Lewat Candi Cetho • 7 Hotel Murah di Jogja Dekat Gunung Merapi, Harga Berkisar Rp 200 Ribuan
darisini kembali kita menumpang mini bus, jurusan Salatiga - Magelang. dan informasikan kepada sopir mini bus agar berhenti di gerbang Pendakian Gunung Merbabu jalur Wekas. karena di jalan ini kita juga akan melewati gerbang jalur pendakian lain seperti Chuntel dan Tekelan. jangan salah turun yah, hehehehehe. Setelahmakan siang, Galang mengantarkan kami kembali ke stasiun Kota Baru, Malang. Tujuan kami ke Malang memang hanya ingin mengunjungi Bromo dan langsung kembali ke Jakarta. Enam belas jam perjalanan kembali di atas kereta, tak terasa lama seperti ketika kami berangkat. Perjalanan itu menjadi lembaran baru persahabatanku dengan Ari.
Kalaukalian mau naik Gunung Lawu bisa mulai dari pos pendakian Candi Cetho. Ada di Lereng berarti kalau dari kota (bawah) dia berada di pucuk. Yap, bener posisi Candi Cetho ada di pucuk. Dalam perjalanan ke Candi Cetho kalian akan berjumpa dengan jalan meliuk tajam, pemandangan kebun teh sesekali kabut turun terus hilang kemudian turun lagi
. 321 310 356 228 272 443 164 21

backpacker ke gunung lawu dari jakarta