PerempuanBekerja dalam al-Qur'an. Secara prinsip, memang bekerja merupakan hak setiap orang dalam Islam, laki-laki maupun perempuan. Hal ini, karena dalam al-Qur'an, kata yang bermakna bekerja, seperti 'amala (عمل) adalah kata yang selalu disebut beriringan dengan kata amana (آمن) yang berarti beriman. Artinya, bekerja tidak hanya penting dalam Islam, tetapi merupakan perwujudan langsung dari keimanan terhadap Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw.
CEO Notes Maret 2017 Makna Ikhlas Dalam Bekerja ​ Assalamualaikum Wr. Wb Salam Sejahtera Bagi Kita Semua Bekerja merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Tetapi perlu kita ketahui saudaraku, bahwa bekerja juga perlu untuk dilandasi dengan keikhlasan. Ya, Ikhlas, suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sebuah kata yang singkat namun sangat besar maknanya. Sebuah kata yang juga dimaknai dalam Agama Islam apabila seandainya seseorang terhilang darinya, maka akan berakibat fatal bagi kehidupannya. Bekerja di Yayasan harus dilandasi dengan kerja ikhlas. Ikhlas mengabdi, memberikan jasa kita agar Yayasan senantiasa dapat terus ada dan mampu melayani Negeri. Makna kerja ikhlas disini adalah kerja hati. Seseorang yang kerja keras dan kerja cerdas belum tentu mampu bekerja ikhlas. Maka dari itu, kita juga harus melatih diri kita untuk bekerja ikhlas, supaya hari-hari penuh dengan ibadah. Saudaraku, tentunya kita semua sepakat bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa . Kita sebagai manusia, seringkali terlupa untuk memaknai kata ikhlas dalam bekerja. Dengan terlupakannya makna ikhlas tersebut akan beriringan dengan munculnya rasa pamrih saat bekerja. Rasa pamrih merupakan lawan kata dari ikhlas. Ketika rasa pamrih mulai muncul, maka akan muncul pula berbagai pertanyaan dalam diri. Apa yang Yayasan ini berikan kepada kita? Selalu mengharapkan balas jasa dari apa yang dikerjakan. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah sebaliknya, bertanyalah pada diri kita sendiri. Apa yang sudah kita kerjakan bagi Yayasan? Sudah maksimalkah usaha kita dalam bekerja di Yayasan? Muncul rasa malu didalam diri karena belum merasa memberikan jasa yang besar bagi Yayasan. Saudaraku, adanya rasa pamrih dalam diri kita merupakan penghambat terbesar dalam bekerja. Tidak disiplin, banyak mengeluh, malas dan tidak bekerja dengan maksimal merupakan buah pahit yang dihasilkan dari rasa pamrih. Memang tak mudah untuk dapat mengimplementasikan ikhlas pada semua yang kita kerjakan, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Jiwa keikhlasan membuat orang bekerja tanpa pamrih. Dengan kerja tanpa pamrih, seseorang akan mengeluarkan energinya dengan maksimal tanpa berpikir terlebih dahulu apa yang akan ia dapatkan dari hasil kerjanya. Mental bekerja keras tanpa harus disuruh terlebih dahulu inilah yang perlu kita serap dari energi ikhlas yang memancar. Jika kita bekerja dengan ikhlas, maka energi kreatif yang bisa kita berikan tidak akan pernah habis. Inovasi dan kreativitas itu seakan terus mengalir karena memang tidak dibatasi oleh pamrih apapun. Rasa ikhlas harus senantiasa ada bukan hanya pada awal bekerja dan ketika bekerja, bahkan pada saat kita harus mengestafetkan posisi kita pun harus dibarengi dengan keikhlasan. Karena masa memberikan jasa kita sudah berakhir, jasa kita adalah waktu kita bekerja. Generasi selanjutnya yaitu pengganti kita juga akan memberikan jasanya kepada Yayasan ini. Dengan rasa ikhlas yang tertanam dalam diri, menjadikan jasa selama kita bekerja memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap Yayasan dan masyarakat banyak. Wassalamualaikum Dwi S. Purnomo Post navigation
Idealismedan Dinamisme Dalam Dunia Kerja Harus Berjalan Beriringan Agar Tiada Penyesalan dan Stuck di Tempat June 2, 2022 June 2, 2022 harianrakyatbali Sejak tahun 2018, Putu Hartawan Sipit dipercaya menduduki kursi Direktur Utama BPR Suar Artha Dharma yang beralamat di Pertokoan Plaza, Jalan Sunset Road No. 2-3 Seminyak, Kabupaten Badung.
AGAMA Islam sangat menganjurkan kepada penganutnya untuk bergerak dan berkarya selama hayat masih di kandung badan. Rasulullah SAW memberikan ultimatum agar umatnya senantiasa berusaha dan berhati-hati ketika waktu luang. Artinya, umat Islam dituntut memahami dengan baik prinsip etos kerja dalam Islam. Waktu kosong bisa menjadi ladang subur bagi setan untuk menanamkan kemungkaran. Dengan demikian, bekerja adalah jalan lain untuk membendung kejahatan. Dengan kata lain, orang yang bekerja keras hakikatnya sedang merintis jalan kemuliaan. BACA JUGA Pekerjaan Terbaik adalah Bertani, Benarkah? Di tengah merebaknya wabah Covid-19, banyak kesulitan yang datang melanda. Tak sedikit kini orang sulit mencari nafkah, mengalami PHK, bangkrut, hingga bertambahlah pengangguran-pengangguran baru. Namun, kondisi ini tak boleh kita jadikan alasan untuk berputus asa, apalagi sampai bermalas-malasan dalam bekerja dan berusaha. Berjuang, berusaha, dan bekerja merupakan suatu keniscayaan dalam hidup, baik dikala keadaan susah maupun senang. Menurut Ibnu Atsir, bekerja adalah termasuk bagian dari sunnah para nabi. Nabi Zakaria as. berprofesi tukang kayu. Nabi Daud as. membuat baju besi dan menjualnya sendiri. Bahkan sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah, Nabi Daud itu tidak akan makan kecuali dari hasil jerit payahnya sendiri. Siapa yang tidak mengenal Nabi Allah Daud as.? Selain seorang nabi, beliau telah diberi oleh Allah swt. kekuasaan dan harta yang melimpah. Meski demikian, beliau tidak pernah merasa gengsi untuk bekerja dengan tangannya sendiri guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Beliau tidak mengajarkan berpangku tangan dan mengharap belas kasih dari orang lain atau dari umat yang dipimpinnya. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Sungguh salah seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada ia meminta kepada orang lain, baik orang itu memberinya atau menolaknya. HR. Bukhari dan Muslim Imam Abu al-Qasim al-Husain bin Mufaddal bin Muhammad al-Isfihani 502 atau lebih kita kenal dengan Raghib Isfihani dalam karyanya Mu’jam al-Mufradat Li Al-Fadz al-Qur’an mengatakan, “Barang siapa yang tidak mau berusaha dan bekerja, maka nilai kemanusiaannya telah rusak bahkan kebinatangannya, dan menjadi orang yang telah mati.” Dalam konteks kehidupan sehari-hari dapat kita ambil contoh. Misalnya, masyarakat lebih mengapresiasi tukang sayur keliling yang mampu menghidupi dirinya secara mandiri daripada meminta-minta dan menjadi pengangguran. Allah telah mengajarkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk mencari rezeki di siang hari, dan pada malam harinya digunakan untuk beristirahat mengumpulkan tenaga agar bisa bekerja kembali pada esok harinya. Allah berfirman, “Dan kami telah menjadikan malam sebagai pakaian waktu istirhat. Dan menjadikan siang sebagai penghidupan bekerja.” QS. An-Naba 10-11 Bermalas-malasan merupakan salah satu sifat yang dimiliki setan. Setan akan selalu berusaha membisikkan kepada manusia agar meninggalkan usaha dan ikhtiar. Setan akan meniupkan rasa malas pada diri manusia agar berhenti berusaha, cukup menunggu takdir Allah datang. Padahal rezeki tidak akan pernah datang tanpa adanya kerja keras. Orang yang dengan gigih bekerja keras, mencari rezeki dari memeras keringat dan makan dari hasil kerja kerasnya, maka hal itu lebih baik dari makan hasil yang diperoleh dari harta warisan atau pemberian orang lain. Orang yang istiqamah bergerak dan bekerja menandakan keimanan yang bersangkutan dalam kondisi aktif dan dinamis. Sebaliknya, bagi mereka yang bermalas-malasan atau gemar berpangku tangan, menandakan bahwa dirinya sedang dilanda impotensi keimanan. Allah SWT berfirman, “Dan katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu perihal yang telah kamu kerjakan.” QS. At-Taubah 105 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan.” QS. Al-Ankabut 17 Dengan berdasarkan ayat ini maka menjadi jelas bahwa rezeki memang harus diusahakan, bukan ditunggu datang sendiri. Di dalam ayat yang lain, Allah secara tegas menyatakan bahwa cara mendapatkan rezeki adalah dengan bekerja. Dalam kitab Syu’abul Iman hal 124, Imam Nawawi menyebutkan 4 prinsip etos kerja yang diajarkan Rasulullah. Keempat prinsip etos kerja itu harus dimiliki oleh kaum yang beriman, yaitu Bekerja dengan cara yang halal Thalab Ad-Dunya Halalan. Bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain Ta’affufan An Al-Mas’alah. Bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga Sa’yan Ala Iyalihi Bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga Ta’atthufan Ala Jarihi. BACA JUGA Jangan Mengeluh jika Lelah Bekerja Dengan mengetahui 4 prinsip etos kerja yang diajarkan Rasulullah SAW kita dapat melihat bahwa kemulian suatu pekerjaan tidak dapat dinilai dari jenisnya. Setelah memenuhi empat prinsip di atas, nilai suatu pekerjaan akan diukur dari kualitas niat Shahihatun Fi An-Niyat dan pelaksanaannya Shahihatun Fi At-Tahshil. Inilah pekerjaan yang bernilai ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya ke pintu surga. Dalam beberapa hadisnya, nabi menjelaskan bahwa orang yang bekerja keras akan mendapatkan berbagai kemuliaan. Orang yang bekerja keras mencari nafkah, Allah akan mengampuni dosanya. Orang yang bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya akan dimasukkan golongan Sabilillah, dan kelak di akhirat akan datang dengan wajah laksana bulan purnama. [] SUMBER BINCANGSYARIAH
Yuklangsung simak saja ulasanyya dibawah ini. 1. Berzakat. Setiap rezeki yang kamu dapatkan ada hak orang miskin yang tidak mampu bekerja sepertimu sebesar 2,5% dan wajib kamu salurkan. Secara teori, ketika kamu mendapatkan rezeki maka kamu dipercaya oleh Allah untuk menyalurkan rezeki kepada makhlukNYA yang lain.

—Niat menjadi hal yang penting dalam setiap langkah seorang mukmin. Dalam setiap aktivitasnya, seorang mukmin wajib mengorientasikan niatnya kepada Allah SWT. Sebab hanya Allah yang dapat memberikan balasan kebaikan dari setiap amal yang dikerjakan. Menurut Habib Novel Alaydrus di antara amal yang dikerjakan seorang mukmin dengan tujuan karena Allah adalah ketika seorang mukmin mengerjakan amal tersebut berharap mendapatkan ridha Allah, mendapatkan cinta Rasulullah SAW, berharap surga dan juga selamat dari siksa api neraka. Karenanya meluruskan niat harus dilakukan seorang mukmin dalam setiap perbuatan, termasuk dalam bekerja. Habib Novel menjelaskan dalam bekerja seorang mukmin harus berniat untuk ibadah karena Allah. Seorang mukmin yang dalam bekerja berniat semata-mata karena Allah, mencari pahala dan sarana mendatangkan rezeki dari Allah akan hidup jauh lebih berkah, bahagia, dan tenang. Pimpinan Majelis Ar Raudhah itu menurutkan orang seperti tersebut hanya akan berharap balasan rezeki dan pahala dari Allah. “Kalau cari pahala dari Allah, kerja sebagai sarana mendatangkan rezeki dari Allah, gaji tak cair kamu akan tenang-tenang saja. Sekarang akidah kita rusak, kita merasa bahwa rezeki itu karena usaha dan kerja kita. Rezeki itu mutlak urusan Allah, ketika sudah berusaha sudah berjuang hasilnya terserah Allah jangan batasi rezekimu dengan angka yang diberikan perusahaan. Kalau sudah bekerja, yakin Allah ngasih. Caranya terserah Allah. Karena itu niat mukmin harus kuat,” tutur Habib Novel saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya, sebagaimana dikutip dari Harian Republika. Menurut Habib Novel banyak orang yang berkeyakinan rezeki yang diperoleh karena sebab hasil usahanya sendiri. Sementara mengesampingkan iman yakni bahwa hanya Allah lah yang memberikan rezeki. Karenanya menurut Habib Novel orang yang tidak mengutamakan Allah dalam niatnya bekerja akan mengalami kekecewaan bahkan depresi saat mendapati upah yang diperoleh dari tempatnya bekerja tidak sesuai dengan harapannya. Bahkan kendati memperoleh materi berlimpah, menurut Habib Novel orang tersebut akan tetap merasa kurang dan susah dalam hidupnya karena tidak menggantungkan segala sesuatu pada Allah SWT. Sebalikanya orang yang meniatkan segala amal karena Allah akan dicukupi keberkahan. Bahkan dalam bekerja, orang tersebut sudah sangat merasa beruntung sebelum memperoleh upah materi, sebab menyadari bahwa setiap pekerjaan yang digelutinya untuk memberi nafkah keluarga merupakan ibadah berniali pahala sekaligus penghapus dosa. “Sehingga berangakat itu tidak berpikir angka, yang dipikir itu langkahku dapat pahala, langkahku menghapus dosa, langkahku menuju surga,” katanya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari jalur Umar bin Khattab RA عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ “Setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang mendapatkan apa yang di dia maksudkan. Siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasulnya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya maka hijrahnya karena yang dia tuju itu. HR Bukhari dan Muslim. Hadits tersebut menerangkan bagaimana pentingnya mengorientasikan niat karena Allah termasuk dalam hal bekerja. Meniatkan bekerja hanya untuk memperoleh upah atau gaji semata maka yang diperoleh hanya sebatas materi. Namun ketika pekerjaan tersebut diniatkan untuk mencari ridho Allah, maka Allah pun akan memberikan kemudahan dan mencukupi segala kebutuhan orang tersebut. Selain itu orang yang memiliki tujuan Allah dalam pekerjaannya tak akan merasa khawatir kehilangan jabatan, berkurangnya penghasilan atau upah. Sebab menurut Habib Novel dalam hatinya sudah dipenuhi dengan kenikmatan dan rasa syukur kepada Allah. Sebab itu, Habib Novel pun mengajak jamaah untuk kembali merenung, mengoreksi niat dalam bekerja. “Yang membuat orang itu disebut miskin kalau dia butuh kepada selain Allah, kalau sudah tidak butuh selain pada Allah maka dia kaya. Allah itu Mahapemurah, yang penting menunjukkan kita butuh kepada Allah. Sementara kita menunjukan bahwa kita tak butuh sama Allah, merasa mampu dengan usaha kita, maka Allah buat pusing sejadi-jadinya,” katanya. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini

Etosartinya sikap dan persepsi terhadap nilai bekerja. Etos kerja sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja merupakan nilai ibadah yang luhur serta manifestasi dari amal saleh sehingga pekerjaannya serius dan ikhlas, tidak asal-asalan. Perintah bekerja beriringan dengan perintah ibadah shalat. Allah berfirman dalam al-Qur'an: Hidup adalah perjuangan ya sobat, hidup butuh uang untuk mencukupi segala kebutuhan dan mencapai sukses menurut islam, tak ada yang mengingkari mengenai hal tersebut. Manusia yang paling tentu yang bisa berusaha sendiri memenuhi kebutuhannya dengan berjuang semampu yang ia bisa, tidak tergantung pada orang lain baik itu tergantung pada orang tua atau pada orang lain yang dirasa lebih sebagai manusia jauh lebih bahagia jika mampu berusaha sendiri mencukupi segala kebutuhan untuk menjadi orang yang sukses dan bahagia dengan cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an, terlebih jika tidak hanya kebutuhan sendiri yang tercukupi melainkan ikut membantu orang tua dan bermanfaat bagi orang lainnya sehingga bisa menjadi jalan pahala yang lebih besar sobat, kita semua tentu tahu, tiap orang memang punya rezeki masing masing, rezeki itu bukanlah takdir yang tidak bisa diubah, namun rezeki itu adalah nasib yang bisa berubah sesuai apa yang diusahakan dan kehendak Allah sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya tentunya. Untuk bisa mencapainya, tiap orang memiliki jalannya sendiri, ada yang mungkin sudah memiliki keberuntungan dan mendapat pekerjaan yang nyaman, ada pula yang harus bekerja keras seharian hingga sekujur tubuh terasa lelah di akhir sobat, apapun jenis pekerjaan yang dilakukan selama itu halal termasuk istri bekerja menurut islam, nantinya akan menjadi jalan pahala dan jalan keberkahan, orang yang bekerja keras amat disukai dan disayangi oleh Allah tentunya dengan tetap melibatkan Allah dalam setiap usaha dan doa ya sobat, bagi sobat semua yang saat ini masih terus berusahamencapai masa depan yang lebih baik dan membahagiakan orang orang yang disayangi harus terus bersemangat dan terus rajin bekerja agar mencapai keluarga bahagia menurut islam yang memiliki kecukupan dalam segala hal, sebab terdapat 15 Pahala Bekerja dalam Islam yang semuanya berisi tentang pahala besarnya dan manfaatnya untuk dunia dan akherat, yuk sobat simak lengkapnya agar kita semua lebih semangat lagi mengumpulkan rezeki yang halal. 1. Mendapat Hasil Sesuai yang Diusahakan“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusaha­kan­nya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepa­da­nya. Kemudian akan diberi bala­san kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. QS. An-Najm 39-41.Tiap orang mendapat apa yang sesuai dilakukannya ya sobat, yang rajin dan tekun pasti akan sukses dan bahagia dan memiliki rezeki yang berkah dan melimpah, yang malas dan sombong, walaupun memiliki segalanya, lambat laun akan hilang juga karena apa yang dilakukannya, jangan lelah dengan apa yang diusahakan, tetap berusaha dan terus berdoa memohon keberkahan rezeki pada Allah. 2. Mendapat Perlindungan AllahAl-Ankabut ayat 69 “Dan orang-orang yang berji­had untuk mencari keridhaan kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. Jangan takut untuk bekerjakeras dan berusaha ya sobat, siapa saja yang bekerja keras di jalan Allah selalu dalam lindunganNya dan selalu dalam keberkahannya sehingga apa yang diusahakan tidak akan ada yang sia sia sebab usaha sungguh sungguh adalah jalan terbaik untuk mendapat banyak rezeki. 3. Pahala Keberkahan HidupAlqu­ran Surah Alimran ayat 79 “Tidak wajar bagi seseorang manu­sia yang Allah berikan kepa­danya Al kitab, hikmah dan kena­bian, lalu dia Ber­kata kepada manu­sia “Hendak­lah kamu men­jadi pe­nyem­bah-pe­nyem­bahku bukan penyembah Allah.” akan tetapi Dia berkata “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabba­ni, Ka­rena kamu selalu menga­jarkan Al Kitab dan dise­bab­kan kamu tetap mempelajarinya. 4. Pahala Amal ShalehAlquran surah fushilat ayat 33 “Siapakah yang lebih baik perka­taannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, menger­jakan amal yang saleh, dan berkata “Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” 5. Pahala Berusaha Sungguh SungguhQS Jumuah ayat 10 “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. Pahala bekerja dalam islam didapatkan atau dapat dilakukan dengan usaha sungguh sungguh dan tak lupa berdoa pada Allah ya sobat. 6. Pahala Membahagiakan KeluargaLuqman ayat 14. “Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah me­ngan­­dungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”. 7. Pahala Ketika Merasa Lelah“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” At Taubah ayat 111. Nah sobat, apa yang diusahakan, segala lelah dan segala kegigihan dalam menghadapi ujian untuk mendapat rezeki yang berkah nantinya akan diganti oleh Allah menjadi surga. Jadi pastikan sobat memiliki pekerjaan yang halal apapun itu dan niatkan untuk bekerja dari ati, bekerja karena Allah. 8. Jauh dari Api Neraka“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai perintah Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” A-Tahrim/66 6 9. Pahala Melewati Ujian dalam Bekerja“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” Al Baqarah ayat 155. Jelas ya sobat, setiap manusia pasti memiliki cobaan dalam hidupnya, tak perlu bersedih hati, cobaan adalah bagain dari kenikmatan Allah dimana dari cobaan itu Allah meneydiakan jalan untuk ke surga, tentu harus disyukuri ya sobat, tidak semua orang bisa mendapat jalan ke Mendapat Pakaian Terbaik di Surga“Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian teramat indah yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya bingung dan bertanya ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan kepada mereka “De­ngan kesabaranmu dalam menga­jarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu.” Merawat dan mendidik anak untuk menjadi generasi shaleh/shalehah bukan urusan yang mudah. Betapa berat dan sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup. Rasulullah saw bersabda “Pahala­mu sesuai dengan kadar lelahmu.” 11. Dekat dengan AllahSuatu ketika Nabi saw dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berko­mentar “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergu­nakan­nya di jalan Allah.” Rasulullah saw menjawab “Apa­bila dia keluar men­cari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesom­bongan, maka dia di jalan setan.” Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb. 12. Dosa Dosa Diampuni Sepanjang Hari“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah” HR Ahmad. Nah sobat, ketika sepanjang hari sobat lelah bekerja hingga mungkin seluruh kaki dan tangan terasa pegal, jangan mengeluh di malam harinya, melainkan syukuri apa yang ada yakni masih mendapat kekuatan dari Allah untuk bekerja dan pada malam itu dosa dosa sobat diampuni sehingga menjadi hamba yang mulia di sisiNya. 13. Pahala Sama dengan Mujahid“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil profesional atau ahli. Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” HR Ahmad. 14. Pahala Melakukan Kewajiban Kedua Setelah Shalat“Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu seperti salat, puasa, dan lain-lain” HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi. Ternyata bekerja keras adalah kewajiban ya sobat, yakni yang utama setelah shalat fardhu, tentu sudah terbayang berapa besar paalanya jika dilakukan dengan sungguh sungguh ya sobat, sebab itu tetap berusaha dan jangan lelah berdoa agar menjadi orang yang lebih baik. 15. Pahala Bersusah Payah Mendapat Rezeki Halal“Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah-payah lelah dalam mencari rezeki yang halal.” HR. Ad-Dailami.Demikian yang dapat disampaikan penulis, jika sudah menjadi orang sukses, tentunya tak boleh lupa dan sombong ya sobat, nasib bisa berubah kapan saja dan segalanya hanya titipan jadi tak ada yang perlu disombongkan. Tetap menjadi pribadi yang sederhana, rendah hati,dan bermanfaat bagi orang lain appaun status sosial dan apapun yang sedang dititipkan Allah pada kita saat ini. Setuju ya sobat? oke sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga kita semua senantiasa mendapat rezeki yang berkah dunia akherat. Aamiin. Terima kasih.
SKI| Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membuka rapat kerja teknis (rakernis) gabungan beberapa satuan kerja (satker) di Rupatama Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2022). Dalam arahannya, Sigit pun mengingatkan masing-masing satker untuk selalu bekerja secara beriringan dan bersinergi agar organisasi Polri menjadi lebih baik.
OLEH IMAS DAMAYANTI Allah sudah menebar rezeki diri di alam ini untuk seluruh makhluk. Tinggal kita harus pandai dan bijak mengelolanya dengan bekerja. Sebagian hasil kerja digunakan untuk menghidupi keluarga dan orang-orang sekitar. Bagaimanakah adab bekerja? Apakah harus dengan melahap semua peluang kerja sehingga orang lain tidak mendapatkannya? Anjuran Kerja untuk Aktualisasi Diri Manusia ditekankan untuk menjadi hamba Allah yang terus mengabdi. Pengabdian seorang hamba dapat diukur dari amalan yang ia lakukan semasa hidup. Bekerja bisa menjadi sarana ibadah dalam kerangka syariat Islam. Bagaimana bisa? Islam bukan hanya agama yang menekankan umatnya untuk melakukan ibadah yang sifatnya individual. Lebih dari itu, umat Islam bahkan ditekankan untuk melakukan amal usaha sebagai eksistensi diri dalam upaya menggenjot kebaikan di muka bumi. Pimpinan Ponpes Mahasiswa Al-Hikam KH Muhammad Yusron Shidqi menjelaskan, bekerja dalam tujuan untuk mencari mata pencaharian sangat dianjurkan dan diprioritaskan dalam Islam. Sebab, umat Islam, kata beliau, sangat dianjurkan untuk bergerak dan berbuat dalam kebaikan. "Bahkan, Rasulullah berpesan bahwa Muslim yang kuat baik secara fisik, intelektual, dan ekonomi lebih disukai Allah," kata Gus Yusron saat dihubungi Republika, Rabu 29/6. Menurut dia, seseorang perlu untuk memenuhi kebutuhan diri. Sebab, kefakiran dapat memicu kekufuran dan terlebih kefakiran itu sendiri dapat memicu dampak-dampak sosial yang muncul dalam masyarakat. Pihaknya menekankan bahwa Rasulullah sendiri sangat menyukai umat Islam yang mandiri dan berdikari atau bekerja. Pernah suatu ketika saat Nabi mengisi sebuah majelis, seorang sahabat meninggalkan majelis tersebut. Sahabat lainnya pun mengadu kepada Rasulullah perihal tersebut, dan Rasulullah berkata, "Jika dia pergi dari majelisku untuk bekerja, dia fi sabilillah." Di sisi lain, Gus Yusron menjabarkan tentang manfaat bekerja. Menurut dia, bekerja dapat menghadirkan banyak manfaat, seperti mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjadi pribadi yang lebih terhormat, dan dapat menjadi pribadi yang lebih sehat dan bahagia secara psikologis. Adapun esensi bekerja, baik pada masa Rasulullah SAW maupun era sekarang, dinilai sama. Adapun formatnya berbeda-beda akibat hadirnya perubahan-perubahan zaman pada masing-masing era. "Untuk itu, di era sekarang, umat Islam harus bisa bekerja yang mengandalkan fisik, efektivitas, dan juga kecepatan," katanya. Cendekiawan Muslim Musa Asy'arie menjelaskan bahwa bekerja sejatinya harus dipahami seorang Muslim sebagai suatu keharusan, bukan karena ia takut akan kemiskinan semata. Sebab, menurut Musa, bekerja mengandung nilai ibadah yang merupakan bagian dari amal saleh. "Bekerja dalam pandangan Islam mengandung nilai ibadah," kata Musa. Karena, bekerja bukan serta-merta dibayangi ketakutan terhadap kemiskinan, melaksanakan kerja dengan tekun pun bukan semata-mata untuk mendapatkan harta kekayaan saja. Lebih dari itu, dia menilai, pemahaman tentang bekerja harus berdasarkan sebagai tuntutan kualitas untuk diri dalam beribadah. Berdasarkan hal demikian, melalui kerja dan amal usaha, maka tinggi rendahnya martabat manusia dapat diukur dari kualitas usaha kerjanya. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah al-Ahqaf ayat 19, "Wa likulli darajaatun mimma amiluu, waliyuwaffiyahum a'maalahum wa hum laa yuzhlamun". Yang artinya, "Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka balasan pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan". Dalam fikih, sesuatu yang diwajibkan bila dikerjakan secara benar, akan menghasilkan kebaikan dan pahala dari Allah. Sebaliknya, jika ia ditinggalkan, akan menghasilkan keburukan dan dosa. Dalam kerangka berpikir demikian, malas atau tidak bekerja bisa dikategorikan sebagai perbuatan dosa dan sia-sia. Kerja itu Kolaborasi, Bukan Menjatuhkan Orang Lain Pola kerja dari masa ke masa senantiasa berubah seiring dengan hadirnya perubahan zaman. Umat Islam dan juga masyarakat global senantiasa berpacu pada kolaborasi dalam lingkup kerja, seberapa penting sebetulnya membangun kolaborasi kerja? Islam menekankan setiap hambanya untuk meningkatkan kualitas diri dari beragam medium. Bekerja menjadi salah satu medium peningkatan kualitas diri, terlebih jika didorong dengan kolaborasi dan kerja sama. Pengamat Ekonomi Syariah Irfan Syauqi Beik menjelaskan, kolaborasi hari ini merupakan keniscayaan. Hal itu karena adanya kompleksitas persoalan yang terjadi yang menuntut adanya penguatan kerja sama. "Kita kalau mau maju sudah tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Kuncinya adalah kebersamaan, menghimpun potensi yang ada dalam satu visi," kata Irfan saat dihubungi Republika, Rabu 29/6. Kolaborasi termasuk dalam konteks optimalisasi potensi sumber daya ekonomi. Misalnya, dia mencontohkan, jika seseorang menginginkan meningkatkan produk ekspor hortikultura, tapi yang bersangkutan tidak memiliki lahan ataupun bahan dalam produk pertanian, kolaborasi dan kerja sama sangat dianjurkan baginya. Pada masa sekarang, jika hendak melakukan ekspor produk hortikultura, kesediaan lahan dan bahan bukan menjadi hal satu-satunya yang utama. Dengan kolaborasi, kata dia, yang bersangkutan dapat mengonsolidasikan petani hortikultura dan membantu dari sisi marketing untuk menjualnya hingga dapat diekspor ke luar negeri. "Nah, sekarang ini dunia kerja memang membutuhkan kolaborasi, contohnya ada platform, seperti Gojek dan Tokopedia. Tokopedia, misalnya, dia tak punya toko fisik kan, tapi bisa. Inilah yang disebut cooperative entrepreuner bahasa saya. Ini bisa menggerakkan ekonomi," ujarnya. Irfan kemudian membandingkan perbedaan dunia kerja pada masa lalu dengan masa sekarang. Jika dulu dunia kerja cenderung konservatif, mulai dari terbatasnya medium yang mengharuskan mereka berdiskusi tatap muka, meeting sana-sini, dan minimnya informasi, saat ini kondisinya berbeda. Menurut dia, saat ini dunia kerja polanya telah berubah. Sebab, pola kolaborasi saat ini dinilai lebih ekspansif, terakses dengan mudah, dan sinergisitas yang lebih cepat. "Sekarang ini kecenderungannya semakin kuat. Kalau mau maju, ya harus kolaborasi, sinergi, sama-sama," kata dia. CEO Certus Apparel Imadudin Ismail menambahkan, kolaborasi menjadi hal yang sangat krusial dalam menjalankan kerja di era digital. Tanpa kolaborasi, maka banyak hal yang akan tertinggal jauh. Di samping itu, pihaknya juga mengingatkan, kolaborasi tanpa konsistensi dan juga transparansi antara berbagai pihak tak akan mungkin menghasilkan kemajuan. Untuk itu, dia menekankan bahwa kunci kesuksesan dari kolaborasi itu sendiri harus dilalui dengan keseriusan dan komitmen yang matang. "Tanpa konsistensi dan transparansi, kemajuan usaha dan kerja akan dibayang-bayangi sikap yang nggak amanah. Dan, ini jadi penghancur kerja sama biasanya," kata dia. Namun, pihaknya menekankan, dalam dunia kerja saat ini kolaborasi juga menghadirkan banyak sekali manfaat. Mulai dari efektivitas, efisiensi, hingga ruang bisnis yang lebih ekspansif lagi. Pola kerja pada masa lalu dengan masa kini memang berbeda. Imadudin mencontohkan, pada masa lalu pola kerja cenderung lebih lambat dan kurang ekspansif. Saat ini, hadirnya kolaborasi dapat memunculkan harapan dan juga model bisnis baru yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Namun, sekali lagi, dia menekankan, transparansi dalam kolaborasi pun harus dijunjung tinggi untuk kemajuan bersama. "Intinya harus amanah," ujar dia. . 95 5 453 174 2 120 218 298

bekerja harus selalu beriringan dengan amalan